유 한솔 từ Chanuman, Chanuman District, Amnat Charoen, Thailand

usonamoo

11/05/2024

Dữ liệu người dùng, đánh giá và đề xuất cho sách

유 한솔 Sách lại (10)

2019-04-27 09:30

Bí Mật Ngoài Bãi Biển (Bật Đèn Soi Bí Mật) Thư viện Sách hướng dẫn

Sách được viết bởi Bởi: Carron Brown

May 2011 saw the entry of another paranormal fiction novella entitled End of Mae. The only thing different about it was that this book was a test subject for some marketing experiments. The author thought that if her techniques could work on yet another vampire book, they would be successful tactics for promoting anything. The criteria for her ideas were that they were practical, viral and cost no money to use. The results were staggering. ■Nearly 500 bloggers, magazine editors and other media specialists were contacted with a virtual press release. The entire thing cost under $1 and took a total of about two hours from start to finish. Press release included promo shirts for girls and guys that could be shared, a replica of the actual book that contained the first chapter among other things. ■Since the press release 30 to 50 new people have visited the End of Mae Virtual Visitor Center in Second Life daily. This doesn’t count revisits; the counter only registers unique visitors. ■As a direct result of the virtual press release, the virtual location became an editor’s pick for Second Life’s Destination Guide, exposing the book information to 150,930 (and growing) Facebook fans alone. ■At one point End of Mae jumped 312,010 Amazon sales ranks in two days ■In one month End of Mae was reviewed nearly 100 times with a number of author interviews and Q&A sessions This is incredible exposure for anything, especially a one month old new fiction. This was done with minimal to no cost using skills easily obtained from online tutorials. No Money Marketing: All You Need Is Like is a must have tool for today’s indie artists and authors to promote their work to a massive audience for a minimal cost. The book behind the success of my first book, End of Mae… and I spent less than $50 USD.

2019-04-27 16:30

Màu Xanh Trong Suốt Thư viện Sách hướng dẫn

Sách được viết bởi Bởi: Ryu Murakami

Ini adalah buku ke 3 yang merubah hidup saya dikarenakan buku ini mengajarkan cara berpikir fenomenolgis. Fenomena dalam bahasa Indonesia berarti gejala atau bisa juga indikasi. Jadi cara berpikir femonologis adalah cara berpikir dengan mengamati gejala-gejala yang muncul kepermukaan sehingga object yang kita amati seolah-olah menceritakan diri mereka sendiri apa sebenarnya object tersebut. Filsafat adalah kerangka berpikir dan semata-mata mengandalkan akal untuk menguraikan atau menjelaskan persoalan-persoalan manusia maupun peristiwa alam secara mendalam sampai kepada akar permasalahan. Oleh karena itu filsafat hanya ada diantara manusia yang berakal. Berlainan denang agama yang ada dogma-dogma yang absolut yang bersifat sepenuhnya kepercayaan, dalam filsasat tidak pernah ada dogma. Dengan akalnya manusia bisa memikirkan dan mempertanyakan apa saja tanpa batas. Oleh karena itu dalam filsatat tidak akan pernah terjadi kebenaran yang mutlak, semuanya akan mengalir sesuai dengan meningkatnya kemampuan daya pikir manusia. Pada masa sebelum ada cara berpikir fenomenologis, cara berpikir manusia dibagi dua kutup yang berawanan 180 drajat yaitu: idealisme dan realisme. Kaum idealisme menilai object atau benda-benda maupun peristiwa yang terjadi disekitarnya berdasarkan ide-ide yang dikembangkan dalam pikirannya yang kemudian ide-ide ini membentuk semacam "frame of reference" yang secara subjective dipahami sebagai kebenaran. Dalam memandang dunia sekitarnya seorang idealis akan memakai acuan "frame of reference" yang merupakan ide-ide dalam pikirannya. Oleh karena itu seorang idealis biasanya juga sangat subjective dalam menilai dunia sekitarnya. Sedangkan kebalikannya kaum realisme, melihat object atau benda-benda maupun sesuatu peristiwa yang ada adalah sesuai dengan keadaan nyata benda tersebut yang secara object bisa diraba, diukur atau punyai nilai objective tertentu. Kalau tidak bisa dibuktikan bahwa benda itu nyata dan punya nilai atau ukuran tertentu maka benda itu tidak pernah ada. Oleh karena itu orang-orang realisme cenderung kepada atheisme yang tidak percaya adanya Tuhan karena Tuhan tidak bisa diLihat secara nyata. Realisme ini yang sangat berpengaruh di Eropa pada masa revolusi industri yang sumbangannya kedunia adalah kemajuan "science & technology". Pada sekitar awal abad ke 20, walaupaun revolusi industri terus bergerak, beberapa filsuf di Eropa seperti Edmund Hursell (1859 - 1938) mulai meragukan kehandalan cara berpikir realisme yang seolah-olah tidak ada satupun dialam ini yang tidak bisa dijelaskan dengan ilmu pengetahuan alam, karena ternyata apapun yang telah ditemukan, persoalan-persoalan dasar manusia tidak pernah bisa diselesaikan. Tidak semua hal bisa diselesaikan dengan ilmu pengetahuan alam. Edmund Hursell mempeRkenalkan fenomenologi yang belakangan dikembangkan menjadi eksistensialisme. Cara berkipir femonoligis ditekankan dengan pengamatan terhadap gejala-gejala dari suatu object. Kalau seorang realist menilai benda dengan cara melihat bentuk, ukuran dan nilai suatu benda maka seorang fenomenologist melihat benda dengan gejala-gejala yang muncul dari benda karena benda itu ada berdasarakan gejala-gejala yang timbul dari benda itu sendiri, kita hanya menangkap gejala-gejala tersebut. Benda tersebut bercerita tentang dirinya dengan memancarkan gejala-gejala, dengan menangkap gejala terebut kita bisa menangkap esensi benda tersebut. Semua benda punya pancaran gejala-gejalanya sendiri-sendiri, kita akan bisa lebih memahami benda tersebut apabila kita menganggap benda sebagai subjek yang menceritakan diri sendiri melalui gejala-gejala yang memancar darinya. Contohnya: kalau kita melihat kursi, kursi itu sendiri memancarkan gejala-gejala bahwa dia itu kursi bukan meja, kita hanya perlu menangkap gejala yang muncul dari kursi tersebut dan kita tidak akan salah gejala-gejala yang muncul dari kursi itu bahwa kebenarannya dia itu kursi, bukan benda yang lain. Jelas cara berpikir ini adalah cara berpikir yang radikal berbeda dengan cara berpikir idealist maupun realist. Idealisme memahami alam sekitarnya melalui manusia sebagai subject dengan ide-ide pikirannya, object disimpulkan sepenuhnya tergantung dari ide-ide pikiran. Realisme memahami benda kalau benda itu nyata berdasarkan ukuran atau nilai. Sedangkan fenomenologi menganggap object sebagai subject yang bercerita kepada kita melalui gejala-gejala yang timbul darinya. Pengaruh fenomnologi saat ini pada ilmu sosial adalah dengan adanya jajak pendapat yang mencoba menangkap secara benar apa yang dipikirkan oleh kelompok masyarakat dengan masyarakat tersebut memancarkan pendapatnya sendiri dan ditangkap dengan jajak pendapat. Sedangkan pada ilmu pengetahuan alam, adanya sensor-sensor penangkap gejala alam untuk menerangkan benda tersebut melalu gejala-gejala yang ditimbulkan. Yang menyenangi ekplorasi cara berpikir, direkomendasikan membaca buku ini, kelihatannya tejemahan bahasa Indonesia sudah ada.

Người đọc 유 한솔 từ Chanuman, Chanuman District, Amnat Charoen, Thailand

Người dùng coi những cuốn sách này là thú vị nhất trong năm 2017-2018, ban biên tập của cổng thông tin "Thư viện Sách hướng dẫn" khuyến cáo rằng tất cả các độc giả sẽ làm quen với văn học này.